LEMAK tidak selalu buruk bagi kesehatan. Sebuah studi yang dilakukan para peneliti dari University of Washington menemukan, penderita sindrom metabolik justru lebih baik berdiet dengan jumlah lemak sedang dibandingkan diet rendah lemak.
Penderita sindrom metabolik adalah seseorang yang memiliki tiga dari faktor risiko penyakit jantung sebagai berikut: lemak perut, kadar trigliserida tinggi, kadar kolesterol baik HDL rendah, kadar gula tinggi dan tekanan darah tinggi.
"Studi ini penting untuk menegaskan kalau anjuran yang diberikan saat ini sudah tepat," tutur Juru Bicara Asosiasi Jantung Amerika (American Heart Association/AHA) Alice Lichtenstein, seperti dikutip situshealthday. "Sejak 2000, AHA sudah menganjurkan untuk tidak mengonsumsi diet rendah lemak, tetapi menerapkan pola diet yang rendah lemak jenuh dan lemak trans."
Penderita sindrom metabolik, menurut Lichtenstein, tidak toleran terhadap gula. Artinya, mereka tidak bisa mengolah gula darah dengan baik. Dan diet rendah lemak, tinggi karbohidrat, justru memperburuk kondisi ini.
Selera makan
Dalam studi ini, para peneliti melibatkan 71 partisipan laki-laki dan perempuan dengan sindrom metabolik. Mereka secara acak diminta menjalankan salah satu dari dua diet yang telah didisain. Diet pertama terdiri dari 40% lemak, 45% karbohidrat dan 15% protein (diet sedang lemak). Sedang diet kedua mengandung 20% lemak, 65% karbohidrat dan 15% protein. Kedua diet mengandung lemak jenuh yang sama (8%) dan keduanya mempunyai kadar serat yang hampir sama.
Studi menunjukkan, kadar kolesterol jahat LDL turun lebih sedikit pada diet rendah lemak (3.4 miligram per desiliter) dibandingkan pada diet sedang lemak (11.6 mg/dl). Kadar kolesterol baik turun lebih banyak pada diet rendah lemak (4.9 mg/dl) dibandingkan pada diet sedang lemak (1.9 mg/dl.
Selain itu, kadar trigliserida pada diet rendah lemak meningkat 11.1 mg/dl sedang pada mereka yang menerapkan diet sedang lemak justru turun 28.6 mg/dl.
Para ilmuwan lain di bidang yang sama juga mengaku tidak terkejut dengan hasil penemuan ini."Biasanya, diet seperti ini menekan selera makan, dan memperbaiki kondisi diabetes," ujar Dr. Alfred Bove, presidenAmerican College of Cardiology."Diet ini bekerja mengubah efek negatif metabolik pada diabetes awal."
"Ide diet dengan jumlah lemak sedang bisa ditoleransi oleh sebagian besar orang."Hal ini kemungkinan mempengaruhi pelepasan insulin, karena jika Anda mengonsumsi banyak karbohidrat dalam diet, Anda cenderung mengeluarkan lebih banyak insulin, dan insulin merupakan hormon yang menurunkan kadar gula darah." Sebagai dampak dari penurunan kadar gula darah, terang Bove, maka selera makan juga akan meningkat. Hal ini membuat orang yang menerapkan diet tinggi karbohidrat akan terstimulasi untuk makan lebih banyak.
Sumber : Harian MEDIA INDONESIA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar